Halaman

Minggu, 08 Januari 2012

ASPEK LEGAL DAN ETIS KEPERAWATAN GERONTIK PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL

a.    BENAR --> SESUAI DENGAN KAIDAH KEILMUAN (PERLU STANDAR)
b.    BAIK   --> SESUAI DENGAN KAIDAH ETIS (PERLU KODE ETIK PROFESI)
c.    LEGAL   --> SESUAI DENGAN PERATURAN YANG BERLAKU (ADA PRODUK HUKUM)
ASPEK LEGAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG BERLAKU DI SUATU TEMPAT : Indonesia
a.    GBHN’98 – 2003, TTG KESRA, PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN.
b.    UU RI No. 13 th 1998, TTG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA
GBHN’98 – 2003
1.    ARAH PEMBANGUNAN; Peningkatan kualitas penduduk lansia u/ mewujudkan integritas sosial penduduk lansia dg masyarakat lingkungannya
2.    PELAYANAN LANSIA u/ penghargaan;
a.    Kemudahan pelayanan umum
b.    Bantuan kesra bagi yg memerlukan
Pengembangan ilmu pengetahuan ttg lansia
UU RI NO 13 1998
A.    HAK LANJUT USIA
1.    Meningkatkan kesos meliputi;
2.    Sama dlm kehidupan bermasy. Berbangsa & bernegara
a.    Yan Keagaamaan & mental spiritual
b.    Yankes
c.    Kesempatan kerja
d.    Diklat
e.    Kemudahan & penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum
f.    Sama dlm kehidupan bermasy., berbangsa & bernegara
g.    Mengamalkan & mentransformasikan kemmpuannya ke generasi penerus.
h.    Memberikan keteladanan dlm segala aspek kehidupan u/ generasi penerus
KEBIJAKAN KHUSUS UNTUK LANJUT USIA
a.    PBB NO 045/206 TH 1991; 1 OKTOBER “INTERNATIONAL DAY FOR THE ELDERLY”
b.    PERGERI (THE Indonesian Society of Gerontology), 14 Desember 1984
c.    GBHN 1993 ; Lansia dapat didayagunakan untuk pembangunan
d.    HALUN ; mulai th 1996, 29 Mei 1945, Radjiman Widiodiningrat (Lansia) : “perlunya falsafah negara (Pancasila), pandangan jauh ke depan & wawasan luas
ASPEK ETIS
ASKEP DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN KODE ETIK KEPERAWATAN (NASIONAL/INTERNASIONAL)
PRINSIP ETIK DALAM KEPERAWATAN/UNIVERSAL

CHOLANGITIS

A.    Definisi
Kolangitis adalah peradangan akut dinding saluran empedu, hampir selalu disebabkan infeksi bakteri pada lumen steril.
Kolangitis Sklerotik Primer adalah peradangan saluran empedu di dalam dan di luar hati,   yang pada akhirnya membentuk jaringan parut dan menyebabkan penyumbatan.

B.    Etiologi
> terjadi akibat obstruksi saluran empedu, terutama koledokolitiasis, dan penyebab  jarang seperti tumor, kateter, indwelling stents, pancreatitis akut, dan striktur ringan. Bakteri (E. coli, klebsiella, clostridium, bacteroides, enterobacter, streptococcus grup D) kemungkinan besar masuk ke sfingter oddi. Sebagian pula, kolangitis parasit, misal, fasciola hepatica, skistosomiasis, dll
> Pada kolangitis sklerotik primer, pembentukan jaringan parut akan mempersempit dan akhirnya menyumbat saluran, menyebabkan sirosis.   
Penyebabnya tidak diketahui, tapi tampaknya berhubungan dengan kelainan sistem kekebalan
C. Manifestasi klinik
    Penyakit ini biasanya dimulai secara bertahap dengan kelelahan yang amat sangat, gatal-gatal dan jaudince. Bisa terjadi serangan nyeri perut bagian atas dan demam karena terjadinya peradangan pada saluran empedu, tetapi sangat jarang.   
Terdapat pembesaran hati dan limpa, atau gejala-gejala sirosis.   
Bisa juga terjadi hipertensi portal, asites dan kegagalan hati, yang bisa berakibat fatal.
    Tanda dan gejala kolangitis sclerosing primer meliputi:   
1. Sakit perut.
2. Menggigil
3. Diare
4. Kelelahan
5. Demam
6. Gatal
7. Berat badan turun
8. Menguning dari mata dan kulit (kuning)


D.    Diagnosis
>Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan kolangiopankreatografi endoskopik retrograd atau kolangiografi perkutaneus.   
Pada kolangiopankreatografi endoskopik retrograd, rontgen dilakukan setelah penyuntikan bahan radiopak ke dalam salluran empedu melalui suatu endoskopi.   
Pada kolangiografi perkutaneus, foto rontgen diambil setelah penyuntikan langsung zat radioopak ke dalam saluran empedu.   
Mungkin diperlukan pemeriksaan mikroskopik dari jaringan hati yang diperoleh melalui biopsi, untuk memperkuat diagnosis.
E. Komplikasi
    Infeksi berulang dari saluran empedu (kolangitis bakterialis) merupakan komplikasi dari penyakit ini dan membutuhkan pengobatan     antibiotik.
Kanker saluran empedu (kolangiokarsinoma) terjadi pada 10-15% penderita.Tumor ini tumbuh lambat dan pengobatannya berupa prosedur endoskopik untuk memasukkan suatu alat ke dalam saluran empedu, guna membuka saluran yang tersumbat.Kadang perlu dilakukan pembedahan.   

F. Pengobatan
    Obat-obatan seperti kortikosteroid, azatioprin, penisilamin dan metotreksat tidak terbukti efektif dan menyebabkan efek samping yang berat. Efektivitas ursodiol juga masih belum jelas. Kolangitis sklerotik primer mungkin memerlukan pencangkokan hati, yang merupakan satu-satunya pengobatan yang diketahui untuk penyakit ini.   
Penyempitan saluran bisa dilebarkan melalui prosedur endoskopik atau pembedahan.
G. Perawatan
    Pengobatan untuk sclerosing primer fokus pada pengurangan kolangitis tanda-tanda dan gejala dari penyakit. Sclerosing Kolangitis Primer berlangsung perlahan, tetapi biasanya berakhir dengan kegagalan hati dan kebutuhan untuk transplantasi hati. Rata-rata waktu dari diagnosa pertama untuk transplantasi hati adalah 12 sampai 18 tahun.

MASTITIS

A.    DEFINISI
Peradangan jaringan payudara yang biasanya disebabkan oleh infeksi atau statis ASI dalam duktus.
B.    FAKTOR PREDISPOSISI
    1. Putting susu yang mengalami distensi yang berlebihan
    2. Statis ASI
    3. Putting susu pecah-pecah
C.    MANIFESTASI KLINIS
    1. Kenbaikan suhu, menggigil, nyeri menyeluruh, malaise dan nyeri terlokalisasi
    2. Peningkatan frekuensi nadi
    3. Pembengkakan, keras dan kemerahan pada payudara
    4. Putting pedih dan retak-retak
    5. Bengkak dan nyeri tekan pada nodus limfe aksila
        D. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
    1. Meningkatkan resolusi proses infeksi
a. observasi : kenaikan suhu, menggigil, tachicardi, sakit  kepala, nyeri dan   nyeri tekan, keras dan kemerahan pada payudara.
b. berikan antibiotik dan jelaskan pentingnya meneruskan rejimen yang diprogramkan meskipun gejala sudah tidak ada.
    c.tawarkan tindakan untuk memperoleh rasa nyaman, mis     kompres
             2. Memberi penyuluhan pada klien dan keluarga
a. Cara mencegah infeksi dengan cuci tangan dengan secara seksama dan memberikan perhatian cepat pada duktus yang tersumbat.
    b. Anjurkan ibu untuk melakukan hal berikut ini :
        1. Sering menyusul
        2. Lakukan perawatan payudara dan putting dengan adequat
        3. Kenali tanda dan gejala infeksi

Pelayanan Kesehatan Lansia

Latar Belakang
Stieglietz, 1964 :
1.    Penyakit  yang bersifat multipatologik atau mengenai multi organ/degeneratif
2.    Penyakit biasanya bersifat kronis, cenderung menyebabkan kecacatan lama sebelum terjadi kematian
3.    Biasanya mengandung komponen psikologi dan sosial
Brocklehurst dan Allen , (1987) :
4.    Usia lanjut lebih sensitif terhadap penyakit akut
Prinsip Pelayanan kesehatan Lansia
1.    Holistik
a.     Seorang penderita lansia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya, meliputi lingkungan kejiwaan (psikologik), sosial, dan ekonomi
b.    Vertikal : pemberi pelayanan harus dimulai di masyarakt sampai ke pelayanan rujukan tertinggi yaitu rumah sakit yang mempunyai sub-spesialis geriatri
c.    Horizontal : Pel Kes harus merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan lansia secara menyeluruh, lintas sektoral dengan dinas/lembaga terkait dibidang kesejahteraan, misal, agama, pendidikan, kebudayaan dan dinas sosial
d.    Harus mencakup aspek preventif, promotif,kuratif dan rehabilitatif
2. Tata kerja dan tata laksana secara tim
a.    Multi disipliner dalam mencapai pelayanan geriatri yang di laksanakan Komponen utama (dokter, pekerja sosio medik, perawat ) ditambah dengan tenaga rehabilitasi medik (Fisiotherapi, terapi okupasi, terapi wicara, psikolog/psikiater, farmasi, ahli gizi)
Pelaksanaan
1.    Pelayanan kesehatan lanjut usia di masyarakat (Community based geriatric service)
a.    Mendayagunakan dan mengikutsertakan masyarakat termasuk para lansianya
b.    Puskesmas, dokter praktek swasta merupakan tulang punggung layanan tingkat ini
c.    Puskesmas berperan dalam membentuk klub/kelompok lanjut usia   
2. Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat berbasis rumah sakit (Hospital based community geriatric service)
a.     Pada layanan tingkat ini, RS bertugas membina lansia baik langsung atau tidak langsung melalui pembinaan pada puskesmas di wilayah kerjanya “Transfer of Knowledge”berupa lokakarya, simposium, ceramah.
b.    Rumah sakit harus selalu bersedia bertindak sebagai rujukan dari layanan kesehatan yang ada di masyarakat.
3. Layanan kesehatan lansia berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Geriatric Service)
a. RS menyediakan berbagai layanan bagi para lanjut usia dari yang sederhana (poliklinik lansia) sampai pada yang maju ( bangsal akut, klinik siang terpadu “nursing hospital”, bangsal kronis dan atau panti werdha “nursing home”    
Tingkatan-tingkatan pelayanan yang diberikan berdasar kemampuan RS dibagi :
1.    Tingkat sederhana : hanya menyediakan layanan poliklinik lanjut usia
2.    Tingkat sedang : Layanan diberikan selain poliklinik jg siang terpadu (day hospital)
3.    Tingkat lengkap : sama seperti layanan tingkat sederhana ditambah pengadaan bangsal lansia dengan penyakit akut
4.    Tingkat paripurna : diberikan semua jenis layanan yang ada pada tingkat lengkap ditambah dengan bangsal lansia dengan penyakit kronis
Prinsip Dasar Penanganan Rehabilitasi Medik Pada Lansia
1.    Penanganan berdasarkan penyakit yang mendasari
2.    Hindari komplikasi immobilitas
3.     Memperlihatkan dan meningkatkan motivasi dan faktor psikologik
4.    Berikan dorongan untuk mobilisasi
5.    Cegah isolasi sosial
Program- program yang dapat diberikan untuk para lansia
1.    Program fisiotherapi :
a.    Alih baring (untuk mencegah timbul dekubitus)
b.    Latihan aktif dan pasif untuk anggota gerak
c.    Latihan bangun, duduk, berdiri sendiri
d.    Latihan jalan sendiri
2.    Program Okupasi terapi
a.    Latihan makan dan minum sendiri
b.    Latihan memakai baju sendiri
c.    Latihan menyisir rambut sendiri
d.    Latihan mandi/toileting sendiri
e.    Latihan membersihkan tempat tidur/lingkungan sendiri
3.    Program terapi wicara :
a.     Mengajak berkomunikasi baik dengan bicara maupun isyarat
4.    Program ortotis-prostetis
a.    Mengevaluai kondisi kamar mandi/jamban, apakah perlu di modifikasi bentuk, pegangan dsb
b.    Mengevaluasi kondisi rumah, apakah ada tangga dirumah, perlu pegangan
c.    Mengevalusi apakah perlu alat bantu untuk mobilisasi       
5.    Program psikoterapi :
a.    Mengevaluasi keadaan lansia sehari-hari, apakah sulit tidur, sedih tidak mau berkomunikasi, tidak mau minum obat, tidak mau makan, tidak mau latihan dsb
b.    Memberikan motivasi semangat hidup
Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Bagi Lansia
1.    Populasi lansia merupakan populasi yang heterogen (Aspek kesehatan, segi psikologik, sosial dan ekonomi)
2.    Jenis pelayanan yang dibutuhkan sangat bervariasi (Fisik, psikis, sosial dan ekonomi)

STANDAR KEPERAWATAN GERONTIK

STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN GERONTIK
(ANA 1987, 1961,1967,1976)
1.    Standar I
    organisasi pelayanan keperawatan gerontik;
    terencana, teroorganisasikan, diarahkan oleh ners eksekitif ( s2+ pengalaman bidang adm & pelayanan)
2.    Standar II
   ners berpartisipasi dalam pengembangan teori & konsep sebagai pedoman dan dasar keputusan klinik
3.    Standar III
   Pengumpulan data secara reguler;
a.    Komprehensif
b.    Akurat
c.    Sistematik 
   informasi yg terkumpul disebarkan ke semua anggota tim kesehatan terkait termasuk pada klien dan keluarganya
4.    Standar IV
   Diagnosa keperawatan; ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian
5.     Standar V
   Perencanaan dan kesinambungan pelayanan;
a.    Tujuan
b.    Prioritas
c.    Pendekatan Keperawatan
d.    Rencana cara terapi,preventiv,restorativ,rehabilitativ terhadap kebutuhan klien
Membantu individu memelihara kesehatan, kesejahteraan dan kualitas kehidupannya setinggi mungkin & meninggal dg damai
6.    Standar VI
     Intervensi; berdasarkan teori keperawatan gerontologi, sesuai dengan diagnose dan rencana & modifikasi yang telah dibuat
7.    Standar VII
    Evaluasi; dilakukan secara berkesinambungan terhadap respon klien dan keluarganya , untuk mencapai tujuan, memperbaiki data dasar, diagnosa dan rencana asuhan keperawatan
8.    Standar VIII
   Kolaborasi interdisiplin; dengan anggota tim kesehatan lain, melalui pertemuan reguler untuk mengevaluasi efektivitas perencanaan dan untuk melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan klien dan keluarga
9.    Standar IX
    Penelititan; peran serta dlm penelitian u/ mengembangkan batang tubuh pengetahuan keperawatan gerontik, menyebarluaskan hasil penelitian dan menggunakan hasil penelitian dlm praktek
10.    Standar X
   Etika; menggunakan kode etik keperawatan yang ada dlm melaksanakan askep
11.    Standar XI
    Pengembangan profesi; ners bertanggung jawab secara moral thd perkembangan profesi & perkembangan anggota tim interdisiplin. Ners berperanserta dalam evaluasi untuk meyakinkan kualitas praktek askep

TROMBOFLEBITIS DAN TROMBOSIS

A. DESKRIPSI
1.Tromboflebitis adalah inflamasi endotelium vascular dengan pembentukan bekuan pada dinding pembuluh darah
    2.Trombus terbentuk bila komponen darah bergabung membentuk aggregate – body
3.Emboli pulmonar terjadi bila bekuan darah yang berjalan melalui sistem yang tersangkut di dalam sistem sirkulasi pulmoner, yang menyebabkan infark.
B.ETIOLOGI
    1.Riwayat tromboflebitis         5. Usia > 35 th, multipara
    2. Obesitas                 6. supresi laktasi dengan estrogen
    3.Riwayat Kelahiran kembar        7. varises
    4.Riwayat Kelahiran forcep        8. anemia
C. PATOFISIOLOGI
1.Penyebab utama pembentukan trombus dan inflamasi adalah statis vena, kemampuan darah untuk mengalami hiperkoagulasi dan cedera pada lapisan terdalam  pembuluh darah.
2.Statis vena (pada pelvis dan ekstremitas bawah) dan kemampuan darah untuk mengalami hiperkoagulasi selama kehamilan
3.Kadar faktor-faktor pembekuan yang paling banyak (terutama fibrinogen dan faktor III, VII dan X) meningkat selama kehamilan
    4.Cedera pada lapisan pembuluh darah yang terdalam
D. PENGKAJIAN
    1.Kaji tanda-tanda vital suhu peroral setiap 4 jam
    2.Kaji peningkatan ukuran, warna, kehangatan, nadi perifer dan tanda HOMAN
    3.Test lab. : hitung darah lengkap, hitung trombosis, protombin
    4.Kaji perdarahan yang berhubungan dengan terapi heparin
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan statis vena yang obstruksi
2. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan emboli paru sekunder   akibat dari lepasnya trombus vena profunda.
F.     INTERVENSI
    1.Pantau tanda-tanda vital
    2.Inspeksi dan palpasi panas, warna, nyeri tekan dan nadi     perifer pada area betis, paha dan lipat paha setiap hari
    3.Pantau beberapa tanda trombosis vena profunda
    4.Ukur pada bagian kaki yang terkena, untuk mengkaji tingkat odema
5.Bantu ibu untuk tetap beristirahat di tempat tidur dengan posisi kaki ditinggikan  total di atas bantal
    6. Kompres hangat pada kaki yang terkena
    7. Berikan antibiotik sesuai advis
    8. Berikan heparin
    9. Mulai suatu ambulasi yang progresif setelah tanda radang hilang
    10. Pakai stoking pendukung
              11.Pantau dan laporkan tanda emboli paru
    12.Anjurkan ibu untuk :
        a. Hindari menyilangkan kaki di dengkul saat duduk
        b. tinggikan kaki saat duduk, kalau memungkinkan
        c. hindari berdiri dalam waktu yang lama
        d. lakukan ambulasi secara berkala sepanjang hari
        e. minum min 6 x 250 ml
    13. Anjurkan ibu untuk bekerjasama dalam pemantauan efek heparin
    14. Tinjau kembali aspek penting dari perawatan yang telah diberikan
    15. Bahas bersama-sama pasangan, tanda dan gejala dari     tromboflebitis
G.EVALUASI    
1.Jika trombosis atau tromboflebitis berkembang, kondisi ini diketahui dengan cepat dan dapat diatasi tanpa komplikasi lebih lanjut
2.Saat pemulangan, ibu mampu untuk menjelaskan tujuan, penatalaksanaan dosis dan tindakan kewaspadaan yang dibutuhkan yang berkaitan dengan terapi antikoagulan
    3.Ibu dapat mendiskusikan tindakan perawatan diri dan terapi yang berkelanjutan
4.Ibu memiliki ikatan erat dengan bayinya dan mampu untuk merawat bayi dengan efektif
   

HDR LAPORAN PENDAHULUAN II

I. Kasus ( Masalah Utama )
Gangguan konsep diri; harga diri rendah
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Core Problem
1. Definisi
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat B.A , 1992 )
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan.
2. Tanda dan gejala
a. Perasaan negatif terhadap diri sendiri
b. Hilang kepercayaan diri
c. Merasa gagal mencapai keingginan
d. Menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna dan tidak mampu
e. Mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagai mana mestinya
f. Menarik diri dari kehidupan sosial
g. Banyak diam dan sulit berkomunikasi

B. Penyebab
Koping individu tidak efektif
Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif, koping merupakan respon pertahanan individu terhadap suatu masalah. Jika koping itu tidak efektif maka individu tidak bisa mencapai harga dirinya dalam mencapai suatu perilaku.


C. Akibat
Menarik diri
Mekanisme terjadinya masalah :
Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya, individu dengan harga diri rendah akan merasa tidak mampu , tidak berdaya, pesimis dapat menghadapi kehidupan, dan tidak percaya pada diri sendiri. Untuk menutup rasa tidak mampu individu akan banyak diam, menyendiri, tidak berkomunikasi dan menarik diri dari kehidupan sosial.

III. A. Pohon Masalah
Gangguan isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Koping individu tidak efektif

B. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu di Kaji
1. Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji
a. Lebih banyak diam
b. Lebih suka menyendiri/ hubungan interpersonal kurang
c. Personal hygiene kurang
d. Merasa tidak nyaman diantara orang
e. Tidak cukupnya ketrampilan sosial
f. Berkurangnya frekwensi, jumlah dan spontanitas dalam berkomunikasi
2. Gangguan konsep diri harga diri rendah
Data yang perlu dikaji
a. Perasaan rendah diri
b. Pikiran mengarah
c. Mengkritik diri sendiri
d. Kurang terlibat dalam hubungan sosial
e. Meremehkan kekuatan/ kemampuan diri
f. Menyalahkan diri sendiri
g. Perasaan putus asa dan tidak berdaya.
3. Koping individu tidak efektif
a. Masalah yang di hadapi pasien (sumber koping)
b. Strategi dalam menghadapi masalah
c. Status emosi pasien

IV. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan interaksi sosial ; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.

V. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 2 : Gangguan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki.
a. Kriteria hasil :
2.1. Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- kemampuan yang dimiliki
- aspek positif keluarga
- aspek positif lingkungan yang di miliki klien.
b. Intervensi
2.1.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.1.2. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif.
2.1.3. Utamakan memberi pujian yang realistik.
TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a. Kriteria evaluasi
3.1. Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
b. Intervensi
3.1.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
3.1.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
TUK 4 : Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
a. Kriteria evaluasi
4.1. Klien membuat rencana kegiatan harian.
b. Intervensi
4.1.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
- kegiatan mandiri
- kegiatan dengan bantuan sebagian
- kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
4.1.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.1.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
a. Kriteria evaluasi
5.1. Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
b. Intervensi
5.1.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
5.1.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
5.1.3. Diskusikan kemungkinan, pelaksanaan di rumah.
TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada :
a. Kriteria evaluasi
6.1. Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.
b. Intervensi
6.1.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
6.1.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.1.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN I

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien lebih suka menyendiri, banyak diam sulit berkomunikasi dengan teman-temannya, pandangan mata kosong.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
Tuk :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
4. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri peerhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
c. Utamakan memberikan pujian yang realistis

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam tarapeutik
"Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya Sri Sundari, saya biasa dipanggil Ndari, nama mbak siapa ? dan panggilan apa yang mbak sukai ? Baiklah mbak, di sini saya akan menemani mbak, saya akan duduk di samping mbak, jika mbak akan mengatakan sesuatu saya siap mendengarkan."
b. Evaluasi/ validasi
"Bagaimana perasaan mbak hari ini, saya ingin sekali ingin membantu menyelesaikan masalah mbak dan saya harap mbak mau bekerja sama dengan saya, kalau boleh saya tahu apa yang terjaadi di rumah sehingga mbak sampai dibawa kemari ?"
c. Kontrak
"Mbak bagaimana kalau hari ini kita bincang-bincang tentang kemampuan yang mbak miliki, di mana kita ngobrol mbak ? berapa lama ? baiklah bagaimana kalau kta nanti ngobrol di taman selama + 15 menit.
3. Fase Kerja
"Nah, coba mbak cari kemampuan yang bisa mbak lakukan selama sebelum sakit. Baik, apalagi mbak ?"
"Bagus sekali ternyata mbak memiliki kemampuan yang banyak sekali."
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi
"Apa yang mbak rasakan setelah kita bincang-bincang selama 15 menit tadi ?"
"Bisa mbak ulangi lagi apa yang telah kita bicarakan tadi ?"
b. Rencana tindak lanjut
"Setelah ini kita akan berbicara mengenai kemampuan yang masih bisa mbak gunakan selama sakit."
c. Kontrak
"Baiklah mbak, waktu kita sudah habis bagaimana kalau kita cukupkan sampai di sini, kira-kira jam berapa kita bertemu lagi ? tempatnya di mana ?"
"Baiklah mbak bagaimana kalau kita bertemu lagi jam 11 selama + 20 menit."

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN II

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien lebih suka menyendiri, banyak diam, kurang berkomunikasi dengan teman-temannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan interaksi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
Tuk 3 : klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Tuk 4 : klien dapat ( menetapkan ) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Tuk 5 : klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
4. Tindakan Keperawatan
1. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
2. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
- Kegiatan mandiri
- Kegiatan dengan bantuan sebagian
- Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan .
3. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan tentang kemungkinan melaksanakan di rumah

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
"Selamat pagi mbak, mbak masih ingat dengan saya. Coba sebutkan nama saya, bagus ternyata mbak masih ingat."
b. Evaluasi/ validasi
"Mbak kelihatan cantik dan segar hari ini, bagaimana perasaan mbak hari ini ?"
c. Kontrak
"Kemarin kita sudah berbicaara mengenai kemampuan yang mbak miliki selama sebelum sakit, nah sekarang sesuai dengan janji kita, bagaimana kalau kita mulai pembicaraan kita mengenai kemampuan yang bisa mbak lakukan selama sakit atau di rumah sakit ini, di mana kita bicara nanti mbak ? Bagaimana kalau kita bicara di ruang tamu + 30 menit.
2. Fase Kerja
"Sekarang coba mbak ssebutkan kegiatan yang bisa mbak lakukan selama sakit."
"Baik, apalagi mbak ?"
"Mbak punya hobi apa ? memasak atau mungkin membuat ketrampilan ?"
"Nah… ya itu tadi bisa mbak lakukan di rumah sakit ini, di sini tersedia fasilitas untuk mbak bisa menggali kemampuan mbak ."
"Masih banyak kegiatan yang bisa mbak lakukan di sini sesuai dengan bakat dan kemampuan mbak."
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
"Apa yang mbak rasakan setelah kita bincang-bincang selama 30 menit tadi ?"
"Bisa mbak ulangi lagi apa yang elah kita bicarakan tadi ?"
b. Rencana tindak lanjut
"Mulai saat ini coba mbak lakukan sedikit demi sedikit apa yang telah kita bicarakan tadi."
c. Kontrak
"Baiklah mbak, waktu kita sudah habis, bagaimana kalau kita cukupkan sampai di sini, kira-kira jam berapa kita bertemu lagi ? tempatnya di mana ?"

Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.

2. Tanda dan gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:

Data subjektif:
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
c. Perasaan tidak mampu
d. Rasa bersalah
e. Sikap negatif pada diri sendiri
f. Sikap pesimis pada kehidupan
g. Keluhan sakit fisik
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi
i. Menolak kemampuan diri sendiri
j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
k. Perasaan cemas dan takut
l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
m. Mengungkapkan kegagalan pribadi
n. Ketidak mampuan menentukan tujuan

Data objektif:
a. Produktivitas menurun
b. Perilaku destruktif pada diri sendiri
c. Perilaku destruktif pada orang lain
d. Penyalahgunaan zat
e. Menarik diri dari hubungan sosial
f. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah

3. Penyebab
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung, kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C, 1998: 366). Menurut Carpenito, L.J (1998: 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku atau kognitif). Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998: 312) koping individu tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntunan kehidupan dan peran.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, individu yang mempunyai koping individu tidak efektif akan menunjukkan ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan masalah terhadap tututan hidup serta peran yang dihadapi. Adanya koping individu tidak efektif sering ditunjukkan dengan perilaku (Carpenito, L.J, 1998:83; Townsend, M.C, 1998:313) sebagai berikut:

Data subjektif :
a. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta bantuan
b. Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan
c. Mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran

Data Objektif :
a. Perubahan partisipasi dalam masyarakat
b. Peningkatan ketergantungan
c. Memanipulasi orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi keinginan sendiri
d. Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku
e. Perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain:
f. Memanipulasi verbal/perubahan dalam pola komunikasi
g. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
h. Penyalahgunaan obat terlarang

4. Akibat

Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI, 1998:336). Isolasi Sosial menarik diri sering ditunjukkan dengan perilaku antara lain:

Data subjektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain

Data Objektif
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

C. Data yang perlu dikaji pada diagnosa Isolasi sosial :menarik diri
•    Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
•    Klein mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
•    Merusak diri sendiri
•    Merusak orang lain
•    Ekspresi malu
•    Menarik diri dari hubungan sosial
•    Tampak mudah tersinggung
•    Tidak mau makan dan tidak tidur
•    Tampak ketergantungan pada orang lain
•    Tampak sedih dan tida melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan
•    Wajah tampak murung
•    Ekspresi wajah kosong,
•    Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
•    Suara pelan dan tidak jelas
•    Hanya memberijawaban singkat (ya/tidak)
•    Menghindar ketika didekati
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan harga diri rendah

F. FOKUS INTERVENSI

Pasien
SP 1
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Keluarga
SP 1
1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. menjelaskan cara - cara merawat pasien harga diri rendah

SP 2
1. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
2. melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah

SP 3
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. menjelaskan follow up pasien setelah pulang

G. DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

2. DepKes RI, (1989). Petunjuk Teknik Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Skizofrenia, Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta.

3. Keliat, B.A, (1994). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri, Cetakan II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

4. Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta

5. Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikitari (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

1.PENGERTIAN
PERTUMBUHANà Bertambah jml & besarnya sel di seluruh bagian tubuh y/ scr kuantitatif dpt diukur.
PERKEMBANGANà Bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yg dpt dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar
                               (whalley & wong,2000)
2.POLA – POLA TUMBUH KEMBANG
    Pola pertumbuhan fisik yang terarah
    Pola perkembangan dari umum kekhusus
    Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan
    Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan
3. Faktor –faktor yg mempengaruhi  tumbang
    Faktor herediter
    Faktor lingkungan:
    a. Lingkungan pranatal
    b. Lingkungan post natal:
        - Budaya lingkungan
        - Status sosial ekonomi
        - Nutrisi
        - Iklim/cuaca
        - olahraga/latihan fisik
        - Posisi anak dlm klg
        - Status kesehatan
    c. Faktor Hormonal
4. TAHAP PENCAPAIAN TUMBANG ANAK
    Tumbang Masa Pranatal
    a. Fase embrio
        Pertumbuhan dimulai pd 8 mg     pertama
        Mg ke 2 terjadi pembelahan sel
        Mg ke3 terbentuk lap mesoderm
        Denyut jantung janin berdenyut usia 4 mg
    b. Fase fetus
        Terjadi antara mg ke 12- 40
        Peningkatan fungsi organ: tambah PB & BB
       
Tumbang Post natal
    Masa Neonatus( 0- 28 Hari)
    Masa bayi(28 hari – 1 tahun)
    Masa Anak ( 1 – 2 tahun)
    Masa prasekolah
    Masa sekolah
    Masa remaja
    Masa neonatal (0 – 28 hari)

Terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ–organ lainnya.
Masa bayi

Masa bayi dibagi menjadi dua bagian, yaitu;
masa bayi dini (1 – 12 bulan), pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara kontinyu terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
Dan masa bayi akhir (1 – 2 tahun ), kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.
Masa pra sekolah (2 – 6 tahun)

Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan prose berpikir.
Masa sekolah (wanita : 6 – 10 tahun, laki–laki : 8 – 12 tahun)
Masa sekolah atau masa prapubertas, terjadi pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah, keterampilan dan intelektual makin berkembang, senang bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama.
Masa adolesence ( wanita : 10 – 18 tahun, laki–laki : 12 – 20 tahun)
Masa adolesnce atau masa remaja, pada anak wanita 2 tahun lebih cepat memasuki masa adolesence dibanding dengan anak laki–laki. Masa ini merupakan masa transisi dari periode anak ke dewasa. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang disebut adolescent growth spurt. Juga pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda–tanda kelamin sekunder.
Ciri – Ciri Tumbuh Kembang
Dari setiap tahapan tumbuh kembang terdapat ciri–ciri khas yang masing–masing masa mempunyai perbedaan dalam anatomi, fisiologi, biokimia dan karakternya.

Ciri pertumbuhan yaitu sebagai berikut :
1. perubahan ukuran
2. perubahan proporsi
3. hilangnya ciri–ciri lama
4. timbulnya ciri–ciri baru
Ciri – Ciri Perkembangan yaitu sebagai berikut :
1. perkembangan melibatkan perubahan
2. perkembangan awal menentukan petumbuhan      selanjutnya
3. perkembangan mempunyai pola yang tetap
4. perkembangan memiliki tahap yang berurutan
5. perkembangan berlangsung dalam kecepatan     yang berbeda–beda.
6. perkembangan berkorelasi dengan  pertumbuhan
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sampai Usia Lanjut
Pertumbuhan dan Perkembangan Fisis
Panjang Badan
Rumus, PB = 80 + 5n Cm (n = jumlah umur dalam tahun)
Umur 1 tahun = 1 ½ x panjang lahir
Umur 4 tahun = 2 x panjang lahir
Umur 6 tahun = 1 ½ x panjang umur 1 tahun
Umur 13 tahun = 3 x panjang lahir
Dewasa = 2 x panjang umur 2 tahun
Berat Badan

Rumus, BB = 8 + 2n Kg (n = jumlah umur dalam tahun)
Umur 1 tahun = 3 x berat badan lahir
Umur 2 ½ tahun = 4 x berat badan lahir
Umur 6 tahun = 2 x berat badan umur 1 tahun
Perkembangan Seksualitas
Infant (0 – 18 bulan)
Ciri :
1.Butuh kasih sayang dan stimulasi
2.Anak laki–laki; ereksi, anak perempuan;      potensi orgasmic
3.Secara perlahan dapat membedakan     dirinya dengan orang lain
4.Mendapat kepuasan dari sentuhan genital
5.Berpakaian sesuai gender
Todler (1 – 3 tahun)
Ciri :
1.Mulai dapat mengontrol BAB & BAK
2.Senang dengan genitalnya
3.Mampu mengidentifikasi jenis kelamin
4.Mengembangkan kata–kata sehubungan dengan anatomi.
Pra sekolah (4 – 6 tahun)
Ciri :
1.Seksualitas mulai di internalized dan     memilih teman
2.Bermain dan berpakaian sesuai     gender
3.Memperhatikan bagian–bagian     tubuhnya dan teman bermain
4. Masturbasi.
Usia sekolah (6 – 10 tahun)

1. Dekat dengan orang tua yang beda kelamin
2. Cenderung mempunyai teman sesama  gender
3.Keingintahuan tentang sex dan sharing  tentang ketakutan–ketakutannya
4.Meningkat kesadaran dirinya.
Pre adolescence (10 – 13 tahun)

Ciri :
1.Timbul ciri–ciri pubertas
2.Menstruasi
3.Pembatasan–pembatasan prilaku.
Adolescence (13 – 19 tahun)
Ciri :
1.Mulai berhubungan dengan yang beda     jenis kelamin
2.Berfantasi seksual
3. Masturbasi
4.Melakukan aktifitas seksual
5.Wanita mulai memperhatikan  penampilan
6,Laki–laki; kompetensi
7.Meningkat insiden kehamilan.
Dewasa muda (20 – 35 tahun)
Ciri :
1.Sex premarital sering terjadi
2.Melakukan perkawinan
3.Pengetahuan tentang seksual diperlukan     untuk meningkatkan kesenangan
4.Mencoba bermacam teknik dan posisi
5.Menghargai pendapat/nilai–nilai orang lain.
Dewasa Tua (35 – 55 tahun)
Ciri :
1.Terjadi perubahan tubuh karena menopause
2.Pengalaman sex lebih difokuskan pada kualitas  dari pada kuantitas
3.Sering terjadi perceraian
4.Anak–anak sudah besar sehingga lebih terfokus     pada kehidupan sexnya
5.Tidak takut hamil, lebih dapat menikmati     kehidupan sexnya.
Usia lanjut/elderly (> 55 tahun)
Ciri :
1.Orgasme menjadi lebih pendek, 2.intensitasnya berkurang
3.Sekresi vagina menurun, periode resolusi     pada laki–laki lebih panjang
4.Takut kehilangan kemampuan seksualitas
5.Merasakan apakah aktifitas seksual harus     berhenti karena proses ketuaan.
Pertumbuhan dan Perkembangan Intelektual (menurut Piaget)
a.0 – 2 tahun (sensori – motorik) :
1.tingkah laku non-verbal
2.konsep ruang dan waktu masih     rendah/terbatas
3.koordinasi otot motorik kurang
4.melakukan kegiatan sederhana
5.persepsi melalui berbagai alat indera
6.pemahaman sebab dan akibat belum jelas.
3 – 7 tahun (preoperasional; akal dan konsep/intuisi) :
1.egosentris
2.mampu menguraikan simbol dan konsep
3.banyak bertanya
4.eksperimen bahasa
5.tindakan dari pengalaman
6.menganggap benda sebagai makhluk hidup.
7 – 11/12 tahun (operasional konkrit) :
1.mulai mampu mengatasi masalah faktual
2.memahami hubungan dan sebab/akibat
3.mulai mapu membedakan
4.tidak egois
5.mulai dapat memahami alasan dari orang     lain
6.mampu menalar.
11 – 15/16 tahun (operasional formal) :
1.hidup dalam saat ini dan juga menghayal
2.memperhatikan berbagai kemungkinan
3.mulai dapat memberi alasan–alasan ilmiah
4.menggunakan cara berpikir logika formal     (memberi alasan)
5.sulit memodifikasi antara harapan ideal dengan     kenyataan praktis
6.menyadari benda mati bukan makhluk hidup
7.dapat lebih objektif dalam berfikir
8.lebih mampu melihat visi/cara pandang dari  orang lain.
Pertumbuhan dan Perkembangan Psikososial
menurut sigmund freud, yaitu sebagai berikut :
1.fase oral
pada fase ini anak mendapat epuasan/kenikmatan dari berbagai pengalaman sekitar mulut seperti menghisap, menelan, memainkan bibir dan makan.
Dasar perkembangan mental yang sehat tergantung dari hubungan anak pada fase ini.
Bila ibu berhasil memuaskan kebutuhan dasar anak maka anak akan merasa aman dan dapat mantap ke fase berikutnya.
Bila terdapat hambatan atau gangguan pada fase ini maka anak akan menjadi ketergantungan dan menolak mandiri.
2.fase anal
pada fase ini sifat ke”aku”an menonjol
mulai belajar kenal dengan tubuhnya sendiri dan mendapat kepuasan dengan autoerotiknya.
Tugas utama anak pada fase ini adalah “toilet training”
Merasa nikmat pada saat menahan maupun mengeluarkan tinja, rasa kepuasan bersifat egosentrik.
Sisa konflik pada fase ini kepribadian anak akan menjadi berpandangan sempit, introvert, pelit (anal retentif). Bersifat ekstrovert, impulsif, tidak rapih, dan kurang pengendalian diri (anal ekchulsif).
3.fase falik/oedipal
anak mulai melakukan rangsangan erotik meraba–raba genitalia
anak mulai bisa merasakan dorongan seksual kemudian ditujukan pada orang tua lawan jenis, perasaan ini membuat dorongan untuk bersaing dengan orang tua sejenis atau merebut perhatian orang tua yang lain.
Perasaan seksual yang negatif menyebabkan anak menjauhi orang tua dengan jenis kelamin berbeda dan mulai dekat dengan orang tua sejenis. Mulai terjadi proses identifikasi seksual
4.fase laten;

merupakan periode integrasi, bercirikan anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan sosial misalnya hubungan kelompok, pelajaran sekolah, konsep moral dan etik serta hubungan dengan dunia dewasa.
5. fase genital,
 pada fase ini anak diharapkan bisa bereaksi sebagai orang dewasa, sebab pada fase ini anak masih masa transisi.
Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan psikososial menurut Erik Erikson, memiliki 2 komponen yaitu sebagai berikut :

1.komponen yang baik (yang diharapkan)
2.komponen yang tidak baik (yang tidak  diharapkan)
Adapun tahapannya sebagai berikut :
a.Percaya dan tidak percaya (sejak lahir – 1 tahun)
- Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya yang     mendasari     kehidupan
- Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan bayi dan perantara     yang     tepat antara bayi dengan lingkungan adalah ibu
- Hubungan antara ibu dan anak yang harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik,     psikologis,dan sosial yang merupakan pengalaman     dasar rasa percaya bagi anak.
- Rasa tidak percaya timbul bila kebutuhan dasar  tidak  terpenuhi secara adekuat.
b.otonomi dan rasa malu serta ragu (1 – 3 tahun)
- pada saat ini alat gerak dan rasa telah matang  dan  ada percaya terhadap ibu dan     lingkungan
- perkembangan otonomi selama periode ini  berfokus  kepada kemampuan anak  untuk mengontrol  tubuhnya dengan  lingkungannya
- menggunakan kemapauan mentalnya untuk  menolak dan  memberi atau mengambil     keputusan
- bila anak mendapat suport yang kurang dari  orang tua dan lingkungan,anak  merasa tidak mampu  mengatasi  tindakan yang diambilnya maka akan  timbul perasaan negatif yaitu rasa malu  dan ragu.b.otonomi dan rasa malu serta ragu (1 – 3 tahun)
- pada saat ini alat gerak dan rasa telah matang  dan  ada percaya terhadap ibu dan     lingkungan
- perkembangan otonomi selama periode ini  berfokus  kepada kemampuan anak  untuk mengontrol  tubuhnya dengan  lingkungannya
- menggunakan kemapauan mentalnya untuk  menolak dan  memberi atau mengambil     keputusan
- bila anak mendapat suport yang kurang dari  orang tua  dan lingkungan,anak  merasa tidak mampu  mengatasi  tindakan yang diambilnya maka akan  timbul perasaan negatif yaitu rasa malu  dan ragu.
c. inisiatif dan rasa bersalah (3 – 6 tahun)
- pada tahap ini anak belajar mengendalikan diri dan  manipulasi lingkungan serta timbul rasa inisiatif
- anak mulai menuntut untuk melakukan tugas  tertentu
- anak memperluas lingkup pergaulannya; menjadi aktif  diluar rumah dan kemampuan berbahasa semakin     meningkat
- hubungan dengan saudara dan teman sebaya cenderung     untuk mau menang sendiri
- pada fase ini kadang–kadang anak tidak dapat mencapai     tujuan atau menyelesaikan kegiatannya karena  keterbatasannya. Tetapi bila tuntutan lingkungan terlalu  tinggi atau berlebih maka anak akan merasa  kegiatan/aktifitasnya buruk akhirnya timbul rasa kecewa     dan merasa bersalah.
d.industri dan inferioritas (6 – 12 tahun)
- pada tahap ini anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas/perbuatan yang menghasilkan     sesuatu
- anak siap untuk meninggalkan rumah/orang tua dalam  waktu terbatas (untuk sekolah) melalui proses  pendidikan, anak belajar untuk bersaing (sifat  kompetitif) dan sifat koperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan, belajar  peraturan-peraturan yang berlaku
- bila anak tidak dapat memenuhi keinginan sesuatu  standar atau terlalu banyak tuntutan akan dapat     timbul masalah seperti anak merasa tidak mampu,     malas, rasa rendah diri, dan takut kompetisi.
e.identity & role confusion (12 – 18 tahun)
- pada tahap ini terjadi perubahan fisik dan jiwa. Anak tampak seperti dewasa tetapi secara     psikososial ia belum punya hak seperti orang  dewasa
- pada tahap ini merupakan masa standarisasi diri  yaitu anak mencari identitas
- apabila pada masa ini anak tidak mampu     mengatasi konflik maka anak akan bingung d    alam mencari identitas diri, merasa asing  dan tidak berdaya, anak kehilangan     kepercayaan pada dirinya dan akhirnya timbul kebingungan untuk mengidentifikasi     peran dirinya.

KEBUTUHAN DASAR TUMBANG
1.    ASAH / Kebutuhan fisik-biomedis, meliputi: pangan, perawatan kesehatan dasar, papan, hiegene perorangan dan sanitasi lingkungan, sadang, kesegaran jasmani, rekreasi.
2.    ASIH / Kebutuhan kasih sayang,  ayah dan ibu àbonding àbasic trust.
     Kasih sayang orang tua, rasa aman, harga diri, dukungan & dorongan, mandiri, rasa memiliki, kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan dan pengalaman.
3. ASUH/ Stimulasi mental.

PATOFISIOLOGIE PENYAKIT

1.Konsep keadaan Normal
Untuk mengetahui keadaan sakit seseorang  maka kita  perlu mengetahui dulu hal2 yg normal dari orang tersebut ,untuk mengetahui nya  biasanya kita  menggunakan alat bantu diagnostik agar  dapat  menetapkan suatu analisi bahwa orang tsb sakit atau mengalami kelaianan Nilai2 normal sangatlah bervariasi  tergantung pada : jenis kelamin ,usia,dan lingkungan sekitarnya.
2. Kosep penyakit
     Penyakit dpt di definisikan sbg suatu keadaan diluar dari hal2 yang normal, sebagai tolak ukur keadaan normal adalah bagaimana tubuh si penderita menyesuaikan kaadaan extrim dari luar dan dalam tubuh individu itu sendiri
     Hal tersebut akan membuat seseorang akan sakit

PERKEMBANGAN PENYAKIT
Seperti kita ketahui penyakit itu timbul akibat gangguan dari suatu keadaan fisiologis menjadi afisiologis ( patologis )
Ada tiga hal yg perlu kita ingat dalam proses penyakit :
1.    ETIOLOGIE PENYAKIT
2.    PATOGENESIS PENYAKIT
3.    MANIFESTASI PENYAKIT
1.    ETIOLOGIE
Definisi yang paling umum adalah penetapan sebab atau alasan dari fenonema. Hal ini mencakup identifikasi faktor2 penyebab yg bertindak bersama2 menimbulkan penyakit
Untuk dapat menimbulkan penyakit faktor etiologie saja kadang2 tidak cukup, faktor lain yg juga berperan sntara lain kondisi penderita,Gizi,pola hidup.
Secara umum  Etiologie dapat dibagi dalam :
a.    Faktor intrinsik / endogen : dari dalam tubuh
         mis : kelainan hormonal, gg imunologie,gg as-bs,
b.    Faktor Extrisik / Exogen : dari luar tubuh
         mis : bacteri, Virus,truma,dll
2.    PATOGENESA PENYAKIT
Definisi : adalah menyangkut perjalanan penyakit itu sendiri dng katalain terkembangan /evolusi penyakit  dari saat terinfeki sampai menimbulkan kelainan pada organ yg diserang dan sampai tingkat penyembuhan atau kelainan permanen  (jejas di organ ).
Dalam memantau perjalanan penyakit diperlukan alat ukur diagnostik
Mis : hasil Lab, hasil Rongen,hasil pemeriksan vital fungsi organ tertentu seperti hasil biopsi jaringan atau kultur jaringan .
Dampak penyakit pada seseorang sangat lah berfariasi tergantung dari ketahanan tubuh seseorang terhadap hospes.

3.    MANIFESTASI PENYAKIT 
Definisi : segala sesuatu yg timbul dan terdeteksi dari saat terinfeksi sampai dengan proses penyembuhan
Pengertian lain dari Manifestasi penyakit adalah Tanda2 penyakit atau gejala2 penyakit.
Tanda2 ini bisa subyectif (gejala2),atau Bisa obyektif (Tanda2)
Gejala biasanya yg dirasakan oleh penderita mis mual, sakit kepala,debar2, panas dll
Tanda biasanya di temukan oleh pemeriksa baik dengan atau tanpa alat bantu diagnostik mis ruam, kenaikan temperatur, benjolan ,dll
 Dengan menilai manifestasi klinis kita dapat menentukan arah pengobatan dan perkembangan penyakit dan prognosa penyakit .

Kegunaan Patofisiologie penyakit adalah
a .agar kita dapat dgn jelas mengetahui asal nyapenyakit                           
 b. agar kita dpt dgn jelas mengetahui proses penyakit
 c. berat ringan nya penyakit
 d. dapat merencanakan sistim pengobatan yg tepat
Ke empat hal ini : menunjukkan betapa penting nya kita mempelajari PATOFISIOLOGIE Penyakit
Seorang tenaga medis yg baik selalu berpagang pada PATOFISIOLOGIE PENYAKIT karena unsur ini merupakan bagian terpenting dalam Managemen pengoban penyakit

PERBEDAAN
PATOFISIOLOGIE DGN PATOLOGI ANATOMI
1.    Pato fisiologie : mempelejari tentang gg patogenesa py dan perubahan struktur serta fungsi yg diakibatkan oleh penyakit, dgn katalain yg dipelajarinya adalah kelainan 2 biologi penyakit
         Alat bantu yg di gunakan dalam diagnosa nya antaralain :
         anamnesa, PD, pem LAB,Rongen, USG dll
        
2.    Patologie Anatomi: mempelajari kelainan 2 anatomi baik akibat bawaan maupun akibat dari satu proses penyakit
          alat bantu :anamnesa,PD, PA, Rongen Dll

FAKTOR INTRISIK DAN FAKTOR EKTRINSIK PENYAKIT
1.    Fak ektrinsik penyakit
         adalah semua faktor2 yang berperan dari dan bila masuk kedalam tubuh akan menimbul kan suatu gangguan keseimbang tubuh orang tersebut
        misal : zat radio aktif, Bacteri,Virus, protozoa,atau obatan2 yg toxis kedalam tubuh.
        untuk dapat menimbulkan panyakit ada beberapa batas toxisitas,virulensi,infektifitas,

2.    FAKTOR INTRINSIK
     Faktor ini biasanya timbul dari dalam tubuh
     Tiap individu mempunyai ketahanan  yg bervariasi
     Yang mempengaruhi faktor ini antara lain :
     Jenis kelamin ,usia,tinggi badan ,berat badan,
     Biasanya faktor ini terganggu akibat adanya interaksi dengan fak Ekstrinsik
     Faktor intrinsik yg paling penting adalah unsur Genetis , dgn mempelajari unsur ini kita ampu menjawab petanyaan mengapa arang ini sensitif dan mengapa orang lain imunitatif
     Setiap timbul penyakit pada seseorang harus kita pikirkan ada tidak nya unsur Genetis nya

KONSEP PERSALINAN

PENGERTIAN
•    Persalinan adl :
–    Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri )
–    Dapat hidup di luar uterus
–    Melalui jalan lahir / jalan lain
MACAM PERSALINAN
•    Partus biasa (Normal)
–    Proses lahirnya bayi pada LBK
–    Dengan tenaga ibu sendiri
–    Tanpa bantuan alat
–    Berlangsung < 24 jam
•    Partus luar biasa (Ab Normal)
–    Pers pervaginam dg bantuan alat
–    Dpt melalui dindig perut (s.c )
PENYEBAB PERSALINAN
•    Teori Penurunan Hormon:
–    1-2 mg sblm partus terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron
–    Efek Progesteron adl relaksasi uterus --- progesteron < --- uterus kontraksi
•    Teori Plasenta menjadi tua
–    Fungsi turun --- hormonal turun --- kontraksi uterus
•    Teori distensi rahim:
–    Rahim membesar dan meregang
–    Iskemia otot2 rahim ---sirkulasi uteroplasenter terganggu --- kontraksi uterus
•    Teori iritasi mekanik:
–    Ganglion servikale yg berada di belakang servik menjadi bergeser krn turunnya kepala janin
•    Induksi Partus
TANDA – TANDA PERSALINAN
•    Lightening --- turunnya kepala memasuki p.a.p
•    Perut kelihatan lebih melebar, TFU turun
•    Perasaan sering 2 / susah kencing
•    Perasaan sakit di perut dan pinggang krn kontraksi uterus --- false labour pains
•    Servik menjadi lebih lembek, mulai mendatar, sekresi berlebih (Bloody show)
TANDA PERSALINAN SEJATI
•    Kontraksi pada interval teratur
•    Interval antar kontraksi memendek
•    Durasi dan intensitas meningkat
•    Rasa tidak nyaman mulai dr blk dan menjalar ke abdomen
•    Berjalan meningkatkan intensitas kontraksi
•    Dilatasi dan pendataran servik mengalami kemajuan
FAKTOR ESSENSIAL DLM PERSALINAN
•    Passenger / Penumpang / janin
•    Passageway / jalan lahir
•    Power / kekuatan
•    Posisi
•    Psikologis
–    ------------ 5 P
Passenger / Janin& Plasenta
•    Sikap :
–    Hub bag tbh janin yg satu dg yg lain
–    Normal: Kepala fleksi kearah dada dan paha fleksi ke arah lutut, tangan disilagkan di depan dada, tali pusat terletak antara lengan dan tungkai
•    Letak:
–    Adl hub antara sumbu panjang janin dg sumbu panjang ibu
–    Ada 2 yaitu membujur/ vertikal dan melintang
•    Presentasi:
–    Adl bagian janin yang berada di bawah rahim
–    Presentasi kepala / preskep dan presentasi bokong (presbo
•    Posisi:
–    Adl hub antara presentasi thd 4 kuadran panggul ibu
–    Engagement : diameter transversa bag presentasi telah memasuki p.a.p
•    Bagian terbawah janin
–    = presentasi
Macam-macam posisi janin
•    LBK :
–    Letak Belakang Kepala – N
–    Indikator UUK
•    Presentasi dahi: teraba dahi dan uub
•    Presentasi Muka: indikator dagu / mento
•    Presentasi bokong: indikator sakrum
Cara Menegakkan posisi janin
•    Palpasi abdominal
•    Periksa dalam
•    Auskultasi
•    Rontgenologis
•    USG

PASSAGEWAY / JALAN LAHIR
•    Pembagian jalan lahir:
–    Tulang keras; rangka panggul
–    Bagian – bagian lunak: otot, jaringan dan ligamen
Rangka Panggul
•    Tulang panggul:
–    Os  Coxae : os ilium, os ischium, os pubis
•    Ruang panggul ( Pelvic Cavity)
–    Pelvis major (false pelvis)
–    Pelvis minor (true pelvis)
•    Pintu panggul:
–    P.a.p --- pintu atas panggul
–    R.t.p --- ruang tengah panggul
–    P.b.p --- pintu bawah panggul
•    Sumbu Panggul
–    Dibagi dalam bidang hodge:
•    Hodge I : promontorium pinggir atas simpisis
•    Hodge II : Pnggir bawah simpisis
•    Hodge III: spina ischiadika
•    Hodege IV: Ujung coccygeus
Jenis PAnggul
•    Ginekoid ; ideal --- bulat
•    Android : panggul pria --- segititga
•    Antropoid : agak lonjong spt telur
•    Platipeloid : Picak
Jalan Lahir lunak
•    Segmen bawah uterus
•    Serviks
•    Otot dasar panggul
•    Vagina dan introitus
POWER / KEKUATAN
•    His adl kekuatan / kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya pembukaan
•    3 fase dlam kontraksi:
–    Increment : intensitas terbentu dan simetris
–    Acme : puncak --- fundus dominan
–    Decement : otot relaksasi
•    Sifat – sifat His:
–    Involunter
–    Intermitten
–    Terasa sakit
–    Terkoordinasi dan simetris
–    Dpt dipengaruhi dari luar : psikis / fisik

Macam His
•    His Pendahuluan: tdk kuat, tdk teratus, --- show
•    His Pembukaan: kuat, teratur dan sakit
•    His Pengeluaran: sangat teratur, simetris, terkoordinir dan lama
•    His pelepasan uri: kontraksi sedang
•    His Pengiring: kontraksi lemah, sedikit nyeri
Hal-Hal Yang harus Dikaji Pada His
•    Frekuensi ; bisa per mnt / 10 mnt
•    Amplitudo/intensitas/kekuatan : kuat/lemah
•    Aktivitas His: frekueani x amplitudo
•    Durasi His : lamanya his
•    Interval: masa relaksasi
Akibat Adanya His
•    Effacement/ penipisan: pemendekan dan penipisan servik selama tahap awal persalinan
•    Dilatasi: pelebaran muara serviks pada awal persalinan --- 10 cm
•    Engagement --- turunnya janin ke jalan lahir
POSISI IBU
•    Posisi Tegak, keuntungan:
–    Gaya gravaitasi membantu penurunan janin
–    Curah jantung ibu dalam kondisi normal
–    Membantu mengurangi tekanan pada pembuuhd arah ibu
•    Posisi berbaring
•    Posisi duduk
•    POsisi lithotomi --- yang lazim dilakukan
Keuntungan Perubahan posisi
•    Mengurangi rasa letih
•    Memberi rasa nyaman
•    Memperbaiki sirkulasi

GANGGUAN KELAINAN PERILAKU PADA ANAK

SUMBER :
    BULETIN KESEHATAN KELUARGA EDISI V
    SEMILOKA MENGENAL DAN MEMBIMBING ANAK HIPERAKTIF,UNIKA,SEMARANG.
    SEHAT PANGKAL CERDAS, KOMPAS, RANGKUMAN ARTIKEL.
AUTISMA
    Penderita Autisma hanya tertarik pada aktivitas mental diri sendiri, Melamun , menghayal , menyendiri, menarik diri dari dunia luar.
    Perkembangan terhambat
    Bermain sendiri.
    Lesu ,Tak acuh terhadap lawan bicara.
    Sedikit kontak mata dg lawan bicara
    Mengerjakan sesuatu rutin tanpa difikir
    Berperangai buruk,jika dilarang marah
    Cacat mental
    Dalam kasus tertentu punya keahlian khusus
PENYEBAB
    Faktor Keturunan
    Kegagalan dari salah satu bagian otak yang memproses rangsangan saraf.
MENGENAL DAN MEMBIMBING ANAK HIPERAKTIF
    Tiga Gejala Utama :
    1. Inatensi,
    2. Hiperaktiv dan
    3. Impulsif.
INATENSI
    Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu.
HIPERAKTIV
    Tidak pernah bisa diam
    Bangkit dan berlari-lari,berjalan kesana kemari,bahkan memanjat-manjat.
    Cenderung banyak bicara dan berisik.
IMPULSIF
    Kesulitan anak untuk menunda respon
    Melakukan sesuatu tidak terkendali
    Anak selalu memotong pembicaraan.
    Tidak bisa menunggu giliran.
    Melakukan aktivitas berbahaya.
Masalah Di sekolah
    Tidak mampu mengikuti pelajaran
    Ingin cepat selesai mengerjakan tugas
    Berbicara keras dan mengganggu temannya
    Kesulitan membaca,menulis,bahasa dan matematika.
Masalah Di Rumah
    Mudah cemas dan kecil hati
    Mudah mengalami psikomatis, sakit kepala dan sakit perut.
    Keras kepala dan mudah marah jika keinginannya tidak dipenuhi.
Masalah Fisik
    Gangguan asma,allergi,infeksi tenggorokan sering dijumpai.
    Pada saat tidur tidak setenang anak yang lain.
    Sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari.
PENYEBAB TOKSIK dan GENETIKA
    Beberapa zat makanan : salisilat dan bahan pengawet.
    Kadar Timah hitam yang tinggi dalam darah.
    Sinar X berlebihan saat hamil.
    25-35% orang tua dan saudaranya saat kecil hiperaktiv akan menurun dan
    Terlihat juga pada anak kembar.
PENYEBAB NEUROLOGIK
    Lamanya proses persalinan
    Bayi dg berat badan rendah
    Ibu terlalu muda
    Perokok
    Peminum alkohol
    Peminum Kopi.

TEMPAT PELAYANAN KEPERAWATAN LANSIA

INSTITUSI :
a.    panti
b.    hostel
c.    senior vilage
NON INSTITUSI : rumah (keluarga &  masyarakat)
FAKTOR YG DI EVALUASI DALAM MEMILIH PANTI WERDHA UMUM (PWU)
1.    Lokasi;
Bila dekat dg keluarga/teman, dpt sering dikunjungi & dpt berperan sebagai advocate
2. Availibility;
a.    Ketersediaan tempat tidur
b.    Tidak ada diskriminasi (agama, RAS, status sosial, dsb)   
       3. Staf;
a.    Jumlah  harus mencukupi untuk merawat seluruh penghuni
b.    Kualitas
       4. Cara pembayaran
a.    Asuransi
b.    Pensiunan
c.    Kontan
        5. Jenis layanan dan biayanya;
a.    Harus diinformasikan secara tertulis hal-hal yg termasuk dlm paket
b.    Hal-hal yg harus membayar ekstra
         6. Agama dan budaya;
a.    Apakah agama di pwu sesuai dg harapan lansia
b.    Apakah budaya pwu sesuai dengan harapan lansia
        7. Bahasa;
            Apakah bahasa staf dan  pengurus sesuai dengan  bahasa lansia, bila   tidak     lansia akan kesepian
        8. Kebutuhan keperawatan khusus;
          Apakah tersedia layanan perawatan khusus dg kondisi lansia
MASA PENYESUAIAN DI PWU
Untuk mempermudah masa penyesuaian, dapat dibantu oleh keluarga dan atau teman, serta memahami hak penghuni pwu & peraturan yang ada, misalnya :
1.    Respect, sesuai dg renpra yg telah disepakati, lansia berhak untuk membuat jadwal dan jenis adl sendiri
2.    Restraints (baik fisik maupun kimia)
      hanya boleh dilakukan untuk tujuan pengobatan dan atau mencegah bahaya
       3. Managing money
a.    Lansia berhak mengelola uangnya sendiri
b.    Bila pengelolaan uang pribadi diserahkan ke pengurus pwu, harus dibuat pernyataan tertulis dan harus ada laporannya.
       4. Privacy, property, arrangements
          bebas sejauh tidak mengganggu hak, keamanan dan kenyamanan orang lain
        5. Guardianship and advance directives
          bebas membuat putusan untuk diri sendiri & membuat wasiat tentang apa & siapa  yang dikehendaki mengatasnamakan lansia dirinya tidak dapat berkomunikasi lagi
        6. Pengunjung, hak menerima tamu dan telpon secara pribadi dan waktu yang   dikehendaki lansia
        7. Medical care, lansia berhak:
a.    Mengetahui kondisi kesehatan
b.    Berperan serta dalam dalam renpra
c.    Membaca catatan kesehatan dirinya
         8. Social services
a.    Hak mengikuti konseling
b.    Berhubungan dg sesama penghuni
c.    Memperoleh bantuan u/ berhubungan dengan profesional (legal & financial)
        9. Moving out, bebas untuk pindah
        10. Discharge and transfer, pengurus pwu tidak dapat semena-mena mengeluarkan  lansia dari pwu kecuali bila sangat diperlukan untuk kesehatan, keamanan serta kesejahteraan lansia atau penghuni lainnya.
        11.Rights for families and friend
a.    Dpt berperan aktif dlm askep tetapi harus ada izin lansia
b.    Yakin bahwa lansia memperoleh perawatan dengan baik        

PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIK PADA USIA LANJUT

PERUBAHAN FISIK
SEL
1.    Lebih sedikit jumlahnyal
2.    Lebih besar ukurannya
3.    Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler
4.    Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
5.    Jumlah sel otak menurun
6.    Terganggunya mekanisme perbaikan sel
7.    Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5 – 10 %
SISTEM PERSYARAFANSISTEM PERSYARAFAN
1.    Berat otak menurun 10 – 20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya)
2.    Cepatnya menurun hubungan persyarafan
3.    Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
4.    Mengecilnya saraf panca indera.
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin
5. Kurang sensitif terhadap sentuhan
SISTEM PENDENGARAN
1.    Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
2.    Membrana tympani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
3.    Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin
4.    Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa
SISTEM PENGLIHATAN
1.    Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
2.    Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3.    Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
4.    Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
5. Hilangnya daya akomodasi
6. Menurunnya lapang pandang; berkurang luas pandangannya
SISTEM KARDIOVASKULAR
1.    Elastisitas dinding aorta menurun
2.    Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3.    Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
4.    Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
5.    Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak)
6.     Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistesi dari pembuluh darah perifer; sistolis normal ± 170 mmHg diastolis normal ±90 mmHg
SISTEM PENGATURAN TEMPERATUR TUBUH
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Yang sering ditemui antara lain :
1.    Temperatur tubuh menurun (hipotermi) secara fisiologik ±35°C ini akibat metabolisme yang turun
2.    Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
SISTEM RESPIRASI
1.    Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2.    Menurunnya aktivitas dari silia
3.    Paru-paru kehilangan elastisitas; kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun
4.    Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5.    O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
6.    Kemampuan untuk batuk berkurang
7.    Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia
SISTEM GASTROINTESTINAL
1.    Kehilangan gigi; penyebab utama addanya Periodontal disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk
2.    Indera pengecap menurun;adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit
3.    Lambung; rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun) asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun
4.     Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
5.    Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu)
6.    Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
SISTEM GENITALIA
1.    Atrofi Vulva
2.    Vagina
Selaput lendir menjadi kering, elastisitas jaringan menurun, permukaannya menjadi halus; sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali, terjadi perubahan-perubahan warna
3. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur
4. Daya seksual :
Orang-orang yang makin menua masih juga membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu dimana fungsi seksual seseorang berhenti: frekuensi seksual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun, tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati masih berjalan terus sampai tua
SISTEM URINARIA
1. Pembesaran prostat ± 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun
2. Ginjal :
    Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, penyaringan di glomerulo menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kemampuan mengkonsentrasi urin berkurang, berat jenis urin menurun-proteinuria, BUN meningkat sampai 21 mg %; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat
3. Vesika urinaria/Kandung kemih :
    Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urine
SISTEM ENDOKRIN
1.    Produksi dari hampir semua hormon menurun
2.    Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
3.    Pituitari :
Pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi dari ACTH,TSH,FSH,dan LH
4. Menurunnya aktivitas Tiroid :
     Menurunnya BMR = Basal Metabolic Rate
      5. Menurunnya prosuksi aldosteron
       6. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misal : progesteron, estrogen, testosteron
SISTEM INTEGUMEN
1.    Kulit mengkerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak
2.    Permukaan kulit kasar dan bersisik
3.    Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu
4.    Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi
5.    Kuku jadi keras dan rapuh
6.    Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
7.    Kelenjar keringan berkurang jumlahnya dan fungsinya
SISTEM MUSKULOSKELETAL
1.    Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
2.    Kifosis
3.    Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang)
4.    Persendian membesar dan menjadi kaku
5.    Tendon mengkerut dan mengalami sklerosis
6.    Atrofi serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kramp dan menjadi tremor

MITOS – MITOS LANJUT USIA

1.    MITOS KEDAMAIAN DAN KETENANGAN
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati.
    Kenyataan :
a)    Sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit       
b) Depresi
c) Kekhawatiran
d) Paranoid
e) Masalah psikotik
2.    MITOS KONSERVATISME DAN KEMUNDURAN
Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya
a)    Konservatif
b)    Tidak kreatif
c)    Menolak inovasi
d)    Berorientasi ke masa silam
e)    Merindukan masa lalu
f)    Kembali ke masa kanak-kanak
g)    Susah berubah
h)    Keras kepala
i)    Cerewet
Kenyataan :
      Tidak semua lanjut usia bersikap dan berpikiran demikian
3.    MITOS BERPENYAKITAN
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua. (lanjut usia merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran)
    Kenyataan :
a)    Memang proses ketuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit.
b)    Tetapi banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan di obati
c)    MITOS SENILITAS
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian tertentu dan otak
    Kenyataan :
    Tidak semua lanjut usia dalam proses ketuaannya diiringi dengan kerusakan bagian otak (banyak yang masih tetap sehat dan segar)
4.    MITOS ASEKSUALITAS
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun. Minat, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang.
        Kenyataan :
     Menunjukan bahwa kehidupan seks pada usia lanjut normal saja. Memang frekuensi hubungan seks menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi
5.    MITOS KETIDAKPRODUKTIFAN
    Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif
    Kenyataan :
    Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan dan produktifitas mental dan material pada lanjut usia

MANAJEMEN LAKTASI

Definisi
Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia
Tugas utama petugas kesehatan
•    memberdayakan ibu untuk melakukan perawatan payudara, cara menyusui, merawat bayi, merawat talipusat dan memandikan bayi
•     mengatasi masalah laktasi
•     memantau keadaan ibu dan bayi
•     jangan berikan cairan atau makanan apapun kepada BBL kecuali ada indikasi medis
•     jangan berikan dot  kepada bayi
KEGIATAN MANAJEMAN LAKTASI
MASA ANTENATAL
•     KIE manfaat dan keunggulan ASI
•     meyakkinkan ibu untuk menyusukan anaknya
•     melakukan pemeriksaan kesehatn, kehamilan dan payudara
•     memantau kecukupan gizi ibu hamil
•     menciptakan suasana bahagia bagi keluarga terkait dengan kehamilan ibu
SEGERA SETELAH BAYI LAHIR
•    IMD  skin to skin   dan memeberikan ASI dini
•     membina ikatan emosional dan kehangatan ibu-bayi  (bonding attachment)
•     jangan berikan cairan atau makanan apapun kecuali ada indikasi medis
MASA NEONATAL
•    Menjamin pelaksanaan ASI ekslusif
•     Rawat gabung ibu - bayi
•     jaminan asupan ASI setiap bayi membutuhkan (on demand)
•     melaksanakan tehnik menyusui yang benar
•     upayakan bayi mendapatkan ASI apabila bayi tidak bersama dengan ibu
•     Vitamin A dosis tinggi (20.000 SI)  bagi ibu nifas
•    bimbing ibu untuk mengenali tanda jika bayi sudah mendapatkan ASI yang cukup
•     Anjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup
•      Perhatikan kecukupan gizi ibu
•     rujuk ke konselor ASI apabila ibu mengalami masalah laktasi
MASA MENYUSUI SELANJUTNYA
•    Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan
•     berikan MP-ASI  setelah bayi berusia 6 bulan
•     memantau kecukupan gizi dan memberikan cukup waktu istirahat bagi ibu menyusui
•    Memperoleh dukungan suami untuk menunjang keberhasilan menyusui
•     mengatasi masalah menyusui 

ADAPTASI MATERNAL PADA PERIODE POSTPARTUM

DEFINISI
a.    Periode postpartum atau masa nifas   adalah masa enam mingu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil
b.      Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir  ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
TAHAPAN MASA POST PARTUM
a.    Periode immediate post partum/kala IV dalam 1 jam s.d 1 hari post partum
b.    Periode Early post partum pada mg 1
c.    Periode late post partum mg 2 – mg 6 post partum
PERUBAHAN FISIOLOGI  PERIODE POSTPARTUM
A.    SISTEM REPRODUKSI
1.    UTERUS
a.      proses involusi:  proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan
b.     12 jam post partum TFU 1 cm dibawah pusat,
c.     Tiap 24 jam TFU turun 1-2 cm
d.     Hari ke 6  TFU  di pertengahan simpisis dan umbilikus
e.     Hari ke 9  Uterus tdk dpt dipalpasi dari diding abdomen
f.    Berat uterus
        > 1 mg setelah melahirkan = 500 gr
        > 2 mg setelah melahirkan = 350 gr
        > 6 mg s3etelah melahirkan = 50 – 60 gr
g.     Kontraksi
Segera setelah placenta lahir uterus berkontraksi dengan kuat  yang bertujuan untuk mengkompresi pembuluh darah di endometrium
h.     After pain
        Perasaan  nyeri yang berlebihan akibat  kontraksi uterus yang intermiten
i.    Lochea
 cairan sekret yang berasal dari   cavum uteri dan vagina dalam masa nifas
j.      Jenis lochea :
1. Lochea rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium,selama 2 hari post partum.
2.  Lochea Sanguinolenta : darah   bercampur   lendir,    hari 3 – 7 post partum.
3. Lochea serosa : berwarna kuning  cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post partum
     4. Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
2. SERVIKS
a.     segera setelah melahirkan serviks melunak
b.     18 jam PP serviks memendek denan konsistensi lebih padat dan bentuk seperti semula
c.     H-4 – 6 serviks  bisa dimasuki 2 jari
d.      setelah melahirkan muara serviks eksternal terlihat memanjang spt celah, sering disebut sepertri mulut ikan 
3.    VAGINA DAN VULVA
    Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dandalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetapberada dalam keadaan kendur. Setelah 6 - 8minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali mulai minggu ke-4    sementara labia manjadi lebih menonjol.
4.    PERINEUM
a.    Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karenasebelumnya teregang oleh tekanankepala bayi yang bergerak maju.
b.    Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
c.     Luka episiotomi harus sudah sembuh pada  minggu ke- 2/3  s
B.    SISTEM ENDOKRIN
a.    Placenta lahir --> penurunan hPl, estrogen dan kortisol -->  penurunan kadar gula darah secara bermakna
b.      Terjadi peningkatan hormon oksitosin dan prolaktin -->  masa laktasi
c.      Menstruasi kembali :
             1.  ibu  menyusui  pada minggu ke- 36
             2. ibu tidak menyusui pada minggu ke-12
C.  SISTEM KARDIOVASKULER
a.    Tanda-tanda vital dalam batas normal
b.     PP normal tidak mengalami syok  hipovolemik, karena:
1. hilangnya sirkulasi uteroplacenta yang  mengurangi ukuran   darah                  maternal  10 -15 %
        2. hilangnya fungsi endokrin placenta  menebabkan hilangnya efek vasodilatasi
       3. terjadi mobilisasi CES yang meningkat selama kehamilan
c.    Curah jantung meningkat  dan kembali dalam batas normal pada mg ke- 8 -10
d.    Komponen darah
        1. volume darah menurun sampai 72 jam pertama
        2. Hamatokrit meningkat sampai h-3  -   h-7
        3. Leukositosis
        4. Fx. Pembekuan dan fibrinogen meningkat
e.    Pembuluh darah  Bisa terjadi varises pada tungkai, vulva dan   hemoroid
C.    SISTEM PERKEMIHAN
a.    Penurunan steroid menyebakan penurunan fungsi ginjal dan akan kembali normal  setelah satu bulan
b.      Diuresis  hingga 12 jam   
c.     Komponen urine
        1.  pada ibu menyusui sampai  laktosuria
        2.  BUN  meningkat
        3.  Proteinuria (+1) sampai h-1 – h-2
        4.  Asetonuria sampai  persalinan lama dan dehidrasi
       D. SISTEM PENCERNAAN
a.    Nafsu makan meningkat
b.    Motilitas usus menurun sampai 2 hingga 3 hari
E.    SISTEM MUSKULOSKLELETAL
M rectus abdominis teregang pada saat kehamilan shg hilangnya kekenyalan otot menyebabkan dinding otot lembek dan kendor dan dapat pulih pd 6 mgg post partum
ADAPTASI MATERNAL
1.    Fase dependen
a.    fase dimana ibu merasakan kegembiaraan  dan selslu inin membicarakannya kepada orang lain
b.     berlangsung 1 – 2 hari pertama PP
c.     ibu lebih fokus ke bayi, mengharapkan segala kebutuhannya dipenuhi oleh orang lain
2.    Fase dependen – mandiri
a.    secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan orang lain
b.      berlangsung mlai hari kedua atau ketiga sampai dengan hari ke-10
c.     timbul keinginan untuk mandiri , belajar dan berlatih tentang perawatan bayi
d.      minggu ke -6/ke-8 ibu mampu menguasai tugas sebagai orang tua
3.     Fase interdependen
a.    ibu dan keluarganya bergerak maju sebagi suatu sistem dengan anggota keluarga saling berinteraksi
b.      menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak – tidak melibatkan anak
BERDASARKAN REVA RUBBIN
TAKING IN PERIODE
a.     Terjadi pada hari 1-2 setelahpersalinan,
b.     ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya
c.    ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,
d.    kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat.

TAKING HOLD PERIODE
a.    Berlangsung 3-4 hari post partum
b.      ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi.
c.     Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
LETTING GO PERIODE
a.    Dialami setelah tiba dirumah
b.     ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.